Fenomenologi dalam Filsafat Ilmu


Rd. Adityawarman

APA YANG DIMAKSUD FENOMENOLOGI?
Edmun Husserl (1859-1938) adalah pendiri aliran fenomenologi, ia telah mempengaruhi pemikiran filsafat abad ke 20 ini sangat mendalam. Fenomenologi adalah aliran (logos) pengetahuan tentang apa yang tampak (phainomenon). Jadi fenomenologi adalah ilmu yang mempelajari yang tampak atau apa yang menampakkan diri atau fenomenon. Bagi Husserl fenomena ialah realitas sendiri yang tampak, adsalah ada selubung atau tirai yang memisahkan dengan realitas, realitas itu sendiri yang tampak bagi subjek.
Edmund Husserl memahami fenomenologi sebagai suatu analisis deskriptif serta instrospektif mengenai kedalaman dsari semua bentuk kesadaran dan pengalaman-pengalaman langsung; religius, moral, estetis, konseptual, serta indrawi. Perhatian filsafat, menurutnya, hendaknya difokuskan pada penyelidikan tentang Labenswelt (dunia kehidupan) atau Erlebnisse (kehidupan subjektif dan batiniah). Penyelidikan ini hendaknya menekankan watak intensional kesadaran dan tanpa mengandaikan praduga-praduga konseptual dari ilmu-ilmu empiris.
Fenomenologi merupakan metode dan filsafat. Sebagai metode, fenomenologi membentangkan langkah-langkah yang harus diambil sehingga kita sampai pada fenomena yang murni. Fenomenologi mempelajari dan melukiskan ciri-ciri intrinsik fenomena-fenomena sebagaimana fenomena-fenomena itu sendiri menyingkapkan diri kepada kesadaran. Kita harus bertolak dari subjek (manusia) serta kesadarannya dan berupaya untuk kembali kepada “kesadaran murni”. Untuk mencapai bidang kesadaran murni, kita harus membebaskan diri dari pengalaman serta gambaran kehidupan sehari-hari. Sebagai filsafat, fenomenologi menurut Husserl memberi pengetahuan yang perlu dan esensial mengenai apa yang ada. Dengan demikian fenomenologi dapat dijelaskan sebagai metode kembali ke benda itu sendiri dan ini disebabakan benda itu sendiri merupakan objek kesadaran langsung dalam bentuk yang murni.
Husserl sangat tertarik dengan penemuan makna dan hakikat dari pengalaman. Dia berpendapat bahwa terdapat perbedaan antara fakta dan ensensi dalam fakta atau dengan kata lain perbedaan antara yang real dan yang tidak. Berikut adalah komponen konseptual dalam fenomenologi trancendental Husserl:
  • Kesengajaan
Kesengajaan adalah orientasi pikiran terhadap suatu objek (sesuatu) yang menurut Husserl, objek atau sesuatu tersebut bisa nyata atau tidak nyata. Objek nyata seperti sebongkah kayu yang dibentuk dengan tujuan tertentu dan kita namakan dengan kursi. Objek yang tidak nyata misalnya konsep tentang tanggung jawab, kesabaran, dan konsep lain yang abstrak atau tidak real. Husserl menyatakan bahwa kesengajaan sangat terkait dengan kesadaran atau pengalaman tersebut dipengaruhi oleh faktor kesengangan (minat), penilaian awal, dan harapan terhadap objek. Misalnya minat terhadap bola akan menentukan kesengajaan untuk menonton pertandingan sepak bola.

  • Noema dan Noesis
Noema dan Noesis merupakan turunan dari kesengajaan atau intentionality. Intentionality adalah maksud memahami sesuatu, dimana setiap pengalaman individu memiliki sisi obyektif dan subyektif. Jika kita memahami, maka kedua sisi itu harus dikemukakan. Sisi obyektif femonena (noema) artinya sesuatu yang bisa dilihat, didengar, dirasakan, dipikirkan, atau sekalipun sesuatu yang masih akan dipikirkan (ide). Sedangkan sisi subyektif (noesis) adalah tindakan yang dimaksud (intended act) seperti merasa, mendengar, memikirkan, dan menilai.
  • Intuisi
Intuisi yang masuk dalam unit analisis Husserl ini dipengaruhi oleh intuisi menurut Descrates yakini kemampuan membedakan “yang murni” dan yang diperhatikan dari the light of reason alone. Intuisilah yang membimbing manusia mendapatkan pengetahuan. Bagi Husserl, intuisilah yang menghubungkan noema dan noesis. Inilah sebabnya fenomenologi Husserl dinamakan fenomenologi transedental, karena terjadi dalam diri individu secara mental (transenden).
  • Intersubjektivitas
Makna intersubjektivitas ini dijabarkan oleh Schutz. Bahwa makan intersubjektif ini berawal dari konsep sosial dan konsep tindakan. Konsep sosial didefinisikan sebagai hubungan antara dua atau lebih orang dan konsep tindakan didefinisikan sebagai perilaku yang membentuk makna subjektif. Akan tetapi, makna subjektif tersebut bukan berada di dunia privat individu melainkan dimaknai secara sama dan bersama dengan individu lain. Oleh karenanya, sebuah makna subjektif dikatakan intersubjektif karena memiliki aspek kesamaan dan kebersamaan.
FENOMENOLOGI SEBAGAI ILMU
Tugas utama fenomenologi menurut Husserl adalah menjalin keterkaitan manusia dengan realitas. Bagi Husserl, realitas bukan sesuatu yang berbeda pada dirinya lepas dari manusia yang mengamati. Husserl mengajukan epoche untuk mencapai esensi fenomenologi. Kata apoche berasal dari bahasa Yunani, yang berarti: “menunda keputusan” atau “mengosongkan diri dari keyakinan tertentu”.
Selanjutnya menurut Husserl epoche mempunyai empat macam, yaitu :
  1. Method of hostorical bracketing; metode yang mengesampingkan aneka macam teori dan pandanga yang pernah kita terima dalam kehidupan sehari-hari, baik darii adapt, agama maupun ilmu pengetahuan.
  2. Method of existensional bracketing; meninggalkan atau abstain terhadap semua sikap keputusan atau sikap diam dan menunda.
  3. Method of transcendental reduction; mengolah data yang kita sadari menjadi gejala yang transcedental dalam kehidupan murni.
  4. Method of eidetic reduction; mencari esensi fakta.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengaruh Reog Terhadap Masyarakat Ponorogo

Review Film Battle in Seattle

Keterampilan Berkomunikasi dan Bernegoisasi