Review Film Battle in Seattle

Pada hakikatnya film ini mencoba untuk mendeskripsikan rasa penolakan warga Amerika Serikat (AS) terhadap berdirinya WTO. Protes terhadap WTO yang dilancarkan pada penghujung tahun 1999 di AS merupakan salah satu bukti kekuatan masyarakat yang menolak legalisasi WTO. Dalam film yang berdurasi 1 jam lebih itu menceritakan bahwa people power mampu merubah arah kebijakan yang akan lahir. Kekuatan dari masyarakat yang menjadi beberapa gerakan membuat haluan kebijakan yang akan diambil oleh WTO bergejolak dan tidak semulus seperti yang diperkirakan sebelumnya. "Battle in Seattle" mengambil protes tahun 1999 yang sebenarnya terhadap pertemuan puncak Organisasi Perdagangan Dunia. 
Dalam ceritanya, dapat dilihat beberapa aktor yang memiliki kepentingan berbeda, aktor yang dapat diketahui adalah:
1.      Pendemo yang banyak didominasi oleh buruh dan pecinta alam
2.      Pemerintah
3.      Aparat keamanan
4.      Media
Jika dipandang dari prespektif para demonstran, maka dapat dipahami bahwa kepentingan yang ingin mereka capai adalah membatalkan acara pembukaan WTO yang akan diadakan di Seattle. Mereka berpendapat bahwa WTO hanya akan mengeksploitasi kaum buruh dan negara-negara berkembang dan menguntungkan negara maju dan berbagai perusahaan besar berskala internasional (TNC). Demonstran-pun dibagi menjadi dua golongan, mereka yang berada di bawah kepemeimpinan Jay memiliki prinsip “demo yang damai” dengan tidak melakukan tindak kekerasan ataupun kerusakan terhadap fasilitas publik. Namun, ada beberapa oknum yang mengacaukan prinsip tersebut sehingga konfrontasi antara demonstran dan pihak keamanan (polisi) tidak dapat dihindarkan lagi.
Jika dipandang dari prespektif pemerintah yang menginginkan terselenggaranya acara WTO di Seattle dapat dipahami bahwa mereka menginginkan terbuka lebarnya pintu free trade dan globalisasi. di sisi lain, adanya WTO akan mempermudah berjalannya roda perekonomian dunia karena perdagangan akan bersifat lintas-batan negara, sehingga barang dan jasa akan lebih mudah didapatkan dengan harga yang lebih terjangkau. Begitupun pihak keamanan atau polisi yang langsung berkonfrontasi dengan para demonstran di lapangan. Begi mereka menjalankan perintah atasan adalah segalanya. Mereka hanya bertugas dan berusaha untuk mengusahakan terselenggaranya agenda WTO dengan aman dari gangguan para demonstran yang kontra dengan WTO.
Sedang pihak lainnya adalah media. Di sini, media yang diperankan oleh satu orang reporter dan satu orang kameramen meliput segala lika-liku yang terjadi pada beberapa hari di Seattle. Bagi mereka, berita adalah hal yang menguntungkan. Mereka hanya mengambil informasi yang bagi mereka dibutuhkan oleh perusahaan tempat mereka berkerja dan membuang segala informasi yang merugikan atau memperjelek citra pemerintah di mata dunia. Pada hakikatnya, berita yang mereka tutupi adalah sebuah kebenaran yang harusnya disampaikan agar dunia tau apa yang sebenarnya terjadi di Seattle.
Dari film ini dapat dipelajari bahwa WTO merupakan sebuah organisasi internasional yang memiliki kekuatan yang besar dan mampu melakukan apapun, sedangkan rakyat tidak memiliki peran yang besar untuk mampu melawan WTO. Namun, dari fim ini ddigambarkan bahwa people power mampu untuk merubah atau bahkan menentukan haluan kebijakan yang akan diambil oleh WTO. Jika rakyat bersatu menjadi sebuah kesatuan gerakan dan menyuarakan hal yang sama, maka kekuatan rakyat jauh melampaui apapun. 


Review film Battle in Seattle, Matkul Gerakan Transnasional.
Dosen Pengampu: Novi Rizka Amalia, S.Ip.,M.A



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengaruh Reog Terhadap Masyarakat Ponorogo

Keterampilan Berkomunikasi dan Bernegoisasi