Manajemen Waktu
APA ITU MANAJEMEN
WAKTU?
Manajemen waktu adalah cara yang dapat anda lakukan
untuk menyeimbangkan waktu anda untuk kegiatan belajar atau bekerja,
bersenang-senang atau bersantai, dan beristirahat secara efektif. Tanpa
disadari, setiap saat anda sesungguhnya telah membuat beberapa putusan terkait
manajemen waktu. Misal, anda memutuskan kapan akan ke kampus, belajar di rumah,
berolah raga, beribadah, mengunjungi perpustakaan, bersantai, berdiskusi dengan
teman, berbelanja, dstnya. Semua putusan ini berperan penting di dalam
penyusunan strategi manajemen waktu anda.
Jika anda dapat menyeimbangkan waktu, maka diharapkan
hasilnya adalah konsentrasi anda akan meningkat, organisasi waktu anda akan
lebih baik, produktifitas akan meningkat, dan terpenting tingkat stress anda
akan terkurangi. Dengan menata waktu anda secara lebih baik maka anda akan
menemukan keseimbangan antara kapan harus belajar, bekerja, bersantai, dan
beristirahat yang akhirnya akan membuat hidup anda sedikit lebih mudah dan
bahagia.
Ketika anda merasakan bahwa kerap kali anda terlambat
ke kampus, lupa ada kelas yang harus anda hadiri, lupa sama sekali bahwa ada
pertemuan tertentu yang harus anda ikuti, membuang-buang waktu tanpa hasil yang
jelas, mengerjakan tugas secara terburu-buru karena terpepet oleh dead-line,
atau sehari menjelang ujian anda merasa panik karena merasa belum selesai
membaca bahan pelajaran, atau tiba-tiba merasa waktu untuk bersantai hilang
sehingga menjadi tertekan atau stress, maka itu gejala bahwa anda membutuhkan
manajemen waktu yang baik.
1.     ALASAN MENGAPA
MANAJEMEN WAKTU MENJADI PENTING
Mengatur waktu secara rapi dan efektif bukanlah
pekerjaan yang mudah apalagi berupaya untuk mentaatinya secara konsisten dan
persisten. Sebagai anak muda dan mahasiswa anda pasti akan memiliki sekian
banyak kegiatan dan tantangan baru, peran dan sekaligus tanggung jawab serta
prioritas lain yang harus anda lakukan. Semua kegiatan dan tuntutan itu akan
selalu bersaing merebut waktu dan perhatian anda. Masa adaptasi dari masa
remaja yang sebelumnya menjalani pendidikan menengah ke masa dewasa muda yang
mulai merintis pendidikan tinggi di perguruan tinggi membuat dan menuntut
terjadinya perubahan besar di dalam menata manajemen waktu anda. Perubahan
besar itu antara lain karena beberapa hal berikut ini:
1.     Meningkatnya peran dan
tanggung jawab untuk belajar mandiri;
2.     Banyaknya aktivitas
baru yang harus diikuti, misal olah raga baru, asosiasi mahasiswa dan/atau
kelompok belajar baru, kegiatan kemahasiswaan di dalam atau di luar kampus;
3.     Teman-teman dan
pengalaman baru;
4.     Tuntutan untuk lebih
banyak mengambil putusan mandiri tanpa campur tangan dari orang tua atau
keluarga;
5.      Tempat tinggal dan lingkungan baru;
6.     Kebutuhan yang lebih
besar untuk misalnya melakukan hal-hal rutin sehari-hari secara mandiri, misal
berbelanja, memasak, mencuci, membersihkan kamar, membayar beberapa tagihan
rutin;
7.      Mungkin pula anda harus bekerja paruh waktu
atau mengurus keluarga yang tinggal bersama anda.
3. BAGAIMANA CARA MEMPERBAIKI MANAJEMEN WAKTU?
Kunci dari manajemen waktu adalah perencanaan
(planning)! Tanpa ini, anda tidak akan pernah berhasil menata waktu apalagi
meraih hasil optimal. Betapapun enggannya anda karena terkesan membosankan,
namun menyusun daftar panjang kegiatan ini-itu yang harus dilakukan,
menyisihkan waktu sejenak untuk berpikir mana dari daftar itu yang harus
dipilih terlebih dahulu untuk dilaksanakan esok hari, lusa, minggu depan atau
bulan depan, adalah momen paling kritis bagi anda untuk mengontrol waktu
‘hidup’ anda sendiri.
Berikut ini langkah-langkah untuk membantu anda
menyusun atau menata manajemen waktu:
1.     Buatlah buku agenda
atau kalender atau catatan khusus, baik secara manual ataupun elektronik;
2.     Tulis semua tanggal,
hari, waktu yang berkaitan dengan kegiatan akademik anda. Misal, tanggal ujian
tengah dan akhir semester, tanggal paling akhir menyerahkan tugas kelas,
tanggal terakhir batas pembayaran uang kuliah, tanggal perwalian akademik
dengan dosen wali, tanggal pendaftaran rencana studi, dstnya;
3.     Tulis semua tanggal,
hari, dan waktu untuk kegiatan yang bersifat sosial dan personal. Misal, kapan
punya janji untuk konsultasi ke dokter, kapan harus bayar tagihan listrik,
tagihan uang sewa kamar, jadwal kompetisi olah raga, jadwal untuk pulang ke
rumah orang tua di daerah, atau untuk berkunjung ke sanak famili, dstnya;
4.     Susun prioritas
kegiatan yang terdapat di dalam daftar b dan c di atas, mulai dari yang paling
utama hingga paling tidak utama, sehingga menghasilkan sebuah jadwal rutin
mingguan. Contoh, anda dapat menyusun jadwal dengan membagi serangkaian
kegiatan anda ke dalam 4 (empat) kelompok yaitu:
1.     Aktivitas akademik yang
sudah ‘fixed’ (sebagai prioritas paling utama):
·       
Jadwal kuliah kelas
·       
Jadwal praktikum
·       
Jadwal ke perpustakaan
·       
Jadwal tutorial wajib
·       
Jadwal belajar mandiri (di luar kelas) harian
2.     Aktivitas sosial atau
personal yang sudah ‘fixed’ (juga sebagai prioritas paling utama):
·       
Jadwal rutin makan, minum obat
·       
Jam tidur
·       
Waktu berolah raga
·       
Jadwal beribadah, perjalanan ‘mudik’
·       
Merawat hewan peliharaan
3.     Aktivitas akademik
pendukung (sebagai prioritas tetapi peringkat di bawah paling utama):
·       
Jadwal diskusi kelompok untuk membuat tugas kelas
·       
Jadwal mentoring (tentatif alias tidak diwajibkan oleh fakultas)
4.     Aktivitas sosial atau
personal pendukung (penting tetapi bukan prioritas utama):
·       
Jadwal berkunjung ke sanak famili dan teman
·       
Jadwal berbelanja bahan makanan, mencuci pakaian, membersihkan kamar
·       
Nonton kompetisi olah raga
·       
Jadwal ke museum, pertemuan pemuda di lingkungan tempat tinggal
·       
Jadwal rapat dalam organisasi kemahasiswaan
·       
Jadwal untuk berkomunikasi rutin dengan orang tua yang tidak tinggal
serumah dengan anda
5.     Pastikan jadwal rutin
mingguan anda itu terdiri dari perpaduan yang seimbang di antara
komponen/kelompok di atas. Di titik inilah anda jarus belajar bijak untuk
secara hati-hati tapi bersungguh-sungguh memilih mana yang menjadi prioritas
pertama, kedua, dan seterusnya. Ingat, bahwa bagaimanapun anda sedang menjalani
pendidikan tinggi sehingga sudah layak dan sewajarnya jika anda meletakkan
aktivitas nomor 1 di atas di tempat tertinggi. Di sinilah makna penting dari
keseimbangan, maksudnya anda harus belajar menyusun jadwal yang isinya seimbang
di antara keempat kelompok di atas. Perlu diketahui bahwa tujuan penyusunan
jadwal rutin mingguan tersebut bukanlah agar semua aktivitas itu terlaksana,
melainkan lebih pada memastikan bahwa hal-hal yang butuh untuk dikerjakan pada
akhirnya memang benar anda lakukan.
6.     Pastikan bahwa anda
mematuhi jadwal rutin mingguan yang anda susun. Misal, hadir di kelas pada
semua perkuliahan, kerjakan tugas dan belajar mandiri yang telah terjadwal,
hindari kebiasaan menunda pekerjaan (procrastination).
4. PEDOMAN MENYUSUN MANAJEMEN WAKTU
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
anda sebagai pedoman untuk menyusun manajemen waktu yang baik (selain keenam
langkah dalam bagian 3 di atas):
1.     Cukupkan waktu tidur
antara 6 - 8 jam/per hari;
2.     Upayakan jadwal
aktivitas anda berlangsung antara pukul 06.00 - 22.00 WIB;
3.     Tiap minggu jadwal anda
berisi 4 kelompok aktivitas dalam uraian nomor 2 di atas;
4.     Jadwalkan bahwa waktu
belajar mandiri anda minimal 20 jam/per minggu (di luar waktu kuliah di kelas);
5.      Rencanakan waktu belajar mandiri maksimum 10
jam/per hari;
6.     Rencanakan waktu
belajar mandiri untuk setiap subyek atau topik maksimum 5 jam/per hari;
7.      Selang-seling topik belajar mandiri secara
teratur jika anda misalnya memutuskan bahwa dari jam 07.00 hingga 13.00 adalah
waktu belajar mandiri (maksudnya anda tidak menghabiskan waktu 6 jam hanya
untuk belajar satu topik);
8.     Ketahui diri anda
apakah sebagai ‘morning person’, ‘night owl person’, atau ‘late afternoon
person’ untuk memastikan bahwa jadwal tersebut sesuai dengan irama kerja dan
‘jam biologis’ anda;
9.     Luangkan waktu untuk
istirahat sejenak ditengah waktu belajar (misal, istirahat tidak lebih 10 menit
dari setiap jam);
10.  Latih dan biasakan diri
anda untuk mengerjakan sesuatu cukup sekali, alias hindari kebiasaan untuk
mengulang-ulang. Misal, membaca teks tentang suatu topic sedapat mungkin cukup
1 kali tetapi dengan memastikan anda paham dan ingat apa isinya. Hindari mitos
bahwa untuk dapat memahami isi sebuah bacaan, anda harus membacanya 2-3 kali.
11.  Belajar untuk focus
atau konsentrasi, tanpa jeda untuk waktu minimal 15-20 menit; kemudian
ditingkatkan menjadi focus selama 30-50 menit tanpa jeda. Hal ini diperlukan
sekali terutama untuk membantu anda mendengarkan dosen menjelaskan di kelas,
mencatat, membaca, dan menulis. Ingat, membaca dan menulis akademik membutuhkan
waktu lebih panjang disbanding anda menulis surat biasa, membaca majalah,
komik, atau apalagi menulis email, pesan elektronik, twitter atau sejenisnya.
12.  Kadang kala perlu untuk
menyusun jadwal mingguan di mana 1 hari di antaranya bersih dari tugas-tugas
akademik;
13.  Biasakan untuk
melakukan hal-hal kecil dan ‘remeh atau ringan’ di sela-sela waktu istirahat
atau ketika anda sedang menunggu sesuatu. Misal, merespon pesan elektronik
dapat dilakukan hanya ketika anda istirahat atau ketika anda menunggu untuk
bertemu dokter, dosen, mengantri di loket, atau ketika sedang di dalam angkot
(tapi, awas dengan telepon seluler anda karena melakukan ini di dalam angkot
juga potensial mengundang orang jahat untuk mengganggu anda);
14.  Belajar dan biasakan
diri untuk berani menolak ajakan atau mengatakan ‘tidak’ pada teman, sahabat,
sanak famili ketika mereka mengundang atau mengajak melakukan satu kegiatan
tertentu yang dapat mengacaukan manajemen waktu anda. Demikian pula untuk
menolak keluar rumah menjelang hari ujian; atau ajakan untuk melakukan beberapa
komitmen secara bersamaan;
15.  Mintalah teman,
sahabat, dan sanak famili untuk menghormati manajemen waktu anda juga serta
buatlah mereka paham bahwa mereka tidak bisa setiap saat mengganggu anda atau
meminta berkomunikasi dengan anda setiap saat semau mereka ketika anda sedang
belajar;
16.  Isolasikan diri anda
sendiri agar dapat berkonsentrasi atau fokus belajar (membaca atau menulis),
dengan misalnya: menutup pintu kamar, mematikan perangkat audio visual,
mematikan telepon seluler, berhenti merespon email atau pesan elektronik,
twitter, facebook atau sejenisnya;
17.  Bersikap realistik dan
cukup fleksibel, jangan kaku. Menyusun jadwal yang amat ketat dan memaksa untuk
mematuhinya secara kaku justru dapat membuat anda pada akhirnya menjadi jenuh,
dan kehilangan gairah (passionate) belajar sehingga menjadi kontra produktif.
Perhatikan pula bahwa kecepatan anda dalam belajar dan mengelola manajemen
waktu belajar dapat berubah seiring dengan pertambahan semester. Misal, pada
1-2 semester pertama di bangku perguruan tinggi anda mungkin merasakan amat
sulit menyusun manajemen waktu dan berat sekali tuntutan yang harus anda
penuhi; tetapi pada semester 3 dan seterusnya anda mungkin akan merasa sedikit
lebih longgar, dinamis, dan lebih fleksibel. Hal ini terjadi karena anda sudah
terbiasa, mengenal lingkungan lebih baik, mengenali kebiasaan diri sendiri, dan
juga anda bertambah dewasa.
BAGAIMANA MENGHINDAR MENJADI PROCRASTINATOR?
Procrastinator adalah orang yang amat suka menunda
pekerjaan hingga jelang hari atau menit akhir dari batas waktu. Tindakan
menunda pekerjaan hingga jelang dead-line disebut procrastination. Jika hal ini
dibiarkan berlangsung terus menerus jelas akan menjadi kebiasaan belajar yang
buruk. Bahkan, kebiasaan ini akan terus membudaya di saat anda sudah bekerja
sebagai profesional atau pengemban profesi yang akibatnya adalah kinerja anda
tidak akan optimal, stress berat, berdampak buruk pada kesehatan fisik hingga
kegagalan. Oleh karena itu, biasakan diri anda untuk tidak menjadi procrastinator.
Bagaimana caranya? Beberapa petunjuk berikut ini mungkin dapat anda lakukan:
1.     Biasakan belajar atau
bekerja berdasarkan agenda sebab dengan cara ini anda akan menyadari berapa
banyak aktivitas dalam sehari yang mampu anda lakukan sesuai kemampuan dan
akhirnya anda akan mengetahui bahwa menunda belajar/pekerjaan pada akhirnya
tidak akan membantu anda sama sekali.
2.     Jika anda memulai
mengerjakan suatu tugas besar seketika pada saat anda merasa siap atau berada
di bawah tekanan harus selesai karena esok adalah tenggat waktu penyelesaian,
maka memang mungkin anda akan berhasil, tapi ingat tidak selalu akan berhasil.
3.     Jadi, mulailah dari hal
kecil sejak awal. Cobalah untuk mengurai atau menjabarkan satu tugas besar
menjadi beberapa tahap atau bagian kecil yang memungkinkan anda untuk segera
mengerjakannya sedini mungkin. Dengan mengerjakan tugas besar itu bagian demi
bagian sejak awal akan menyadarkan anda seberapa besar sesungguhnya tugas itu
dan membutuhkan berapa lama waktu untuk menyelesaikannya. Pada akhirnya, ketika
jelang tenggat waktu anda menyelesaikannya, maka anda tidak akan merasa terlalu
terbebani. Misal, anda ditugasi membuat suatu makalah dengan topik dan tema
tertentu yang harus selesai dalam waktu 30 hari. Jika anda menunda
mengerjakannya hingga jelang 1 minggu bahkan 2 hari sebelum tenggat waktu
habis, anda sama saja dengan bunuh diri! Jika anda berpikir bahwa menulis esai
berupa makalah ilmiah itu mudah karena toh ditulis dalam Bahasa Indonesia,
isinya bisa ‘ngarang saja’, bahkan tinggal ‘copy and paste’, maka anda tidak
pantas menjadi mahasiswa apalagi kaum intelektual dan profesional. Oleh sebab
itu, mulailah dengan mengerjakan hal-hal kecil terlebih dahulu pada hari 1-4
tugas itu diberikan dengan misalnya membuat: 
(a) mind mapping tentang topik dari tugas itu (b) menentukan tema atau
argumentasi utama anda untuk makalah itu 
(c) mengumpulkan bahan pustaka 
(d) menyeleksi dan mencatat judul-judul bahan pustaka yang nantinya akan
menjadi daftar pustaka dalam makalah anda. Lalu pada hari 5 - 10 anda mulai
membaca kritis dan membuat catatan terhadap hasil bacaan itu; pada hari 11 - 12
anda harus mulai menyusun sistematika penulisan makalah; pada hari 13 - 18 anda
harus mulai menulis dan menyelesaikan draf pertama, hari 19 - 21 merevisi
kembali draf pertama untuk memeriksa dan melakukan perbaikan, penambahan atau
pengurangan bagian-bagian tertentu terutama masalah tata bahasa, pemilihan
kata, kekuatan argumentasi, kelengkapan data, konsistensi dengan tema awal,
dsbnya; kemudian hari 22 - 25 anda harus menyelesaikan draf kedua, kemudian
hari 26 - 28 anda revisi dan periksa kembali untuk memastikan bahwa makalah
anda benar sesuai dengan sistematika penulisan esai mulai dari pengantar hingga
simpulan, ketepatan pencantuman referensi berupa catatan kaki dan daftar
pustaka, tidak ada kesalahan ketik, pencantuman halaman-nama-nomor mahasiswa
anda-nama dosen-kelas, lalu tulis hasilnya untuk menjadi draf ke tiga atau
final; hari 29 anda cetak dan/atau jilid dan periksa kerapian dan detil
lainnya, lalu serahkan atau kirim lewat email ke dosen kelas. Jadi, bayangkan
pekerjaan sebesar dan sepanjang itu tidak mungkin akan anda kerjakan hanya
dalam waktu 1 minggu apalagi 2 hari jelang batas waktu berakhir!
4.     Bekerjalah tanpa
mengundang kemungkinan ada gangguan, misal matikan pemutar musik, video,
telepon seluler, koneksi internet dan sejenisnya yang jelas-jelas dapat
mengganggu kosentrasi anda. Jika anda orang yang tergantung pada musik untuk
membantu konsentrasi anda, maka lakukan sebaliknya yakni putar perangkat audio
anda.
5.      Untuk mengurangi kebosanan, modifikasi sedikit
topik belajar anda pada hari itu, misal dengan diselingi baca surat kabar, baca
komik, coret coret menggambar suatu obyek, bertanam, memberi makan ikan di
kolam/akuarium atau bermain dengan hewan peliharaan anda seperti kucing,
dsbnya. Hal penting adalah anda ingat bahwa jangan terlena mengerjakan hal-hal
ini sehingga lupa topik utama hari itu.
Menejemen
Waktu Dalam Islam
Tugas dan
kewajiban kita sebagai manusia terlalu banyak. Sedang waktu membatasi ruang
gerak dan usaha kita. Dilihat dari sisi waktu dan kepentingannya pekerjaan itu
bermacam-macam dan bertingkat. Dari situlah seorang mukmin harus memandang,
memilih dan memilah berbagai pekerjaannya.
- Dahulukan
     yang wajib dari yang sunnah atau mubah. Karena takwa itu terletak pada pekerjaan yang diwajibkan dan
     meninggalkan yang di haramkan. Bukan pada pekerjaan yang sunnah. Disanalah
     terletak tuntutan dan pertanggungjawaban!! Jika seseorang melalaikan yang
     wajib, maka cacatlah atau bahkan batallah ketakwaannya. Namun jika
     meninggalkan yang sunnah, maka tidaklah merubah ketakwaannya. Amalan sunnah (mandub) adalah penjaga yang
     wajib. Lantas apa pedulinya kita bayar satpam tanpa ada yang dijaga??!!
     Amalan sunnah adalah penambal amalan wajib dari ketidaksempurnaan, lantas
     apa gunanya menambal ban sedang yang ditambal tidak ada?? Bertepuk sebelah
     tangan!! Allah lebih cinta terhadap amalan wajib dari yang lainnya. Allah
     berfirman dalam hadits qudsi tentang amalan para wali-Nya: “ Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan
     sesuatu yang lebih aku cintai daripada apa yang telah aku wajibkan
     atasnya”. Baru setelah itu Allah lanjutkan tentang amalan
     sunnah dengan firman-Nya, “Dan senantiasa hamba-Ku
     mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku
     mencintainya”.   Sebagai contoh soal adalah ketika
     iqamah telah dikumandangkan, maka janganlah memulai ataupun meneruskan
     shalat sunnat (jika masih sisa satu ruku’ atau lebih). Jangan mengutamakan
     shalat tahajjud jika malah tidak akan sanggup bangun pagi untuk shalat
     shubuh!
- Dahulukan
     yang fardhu ‘ain dari yang fardhu kifayah. Kadang dua atau tiga amalan fardu berbenturan dalam satu waktu. Dan
     tidak ada kemungkinan sama sekali untuk melakukannya bebarengan. Maka jika
     diantara sekian fardhu itu ada yang fardu ‘ain, tidak ada pilihan lain
     kecuali mengutamakan yang fardu ‘ain. Karena yang fardu kifayah akan gugur
     dengan sendirinya jika ada orang yang mengerjakannya. Sedang yang fardu
     ‘ain tak akan ada yang mengerjakannya kecuali anda sendiri. Contoh
     soalnya adalah, seorang menejer tidak boleh sibuk mengerjakan pekerjaan
     para stafnya sedang ia punya pekerjaan meeting atau planing program yang
     tidak dapat diwakilkan. Jika anda seorang dosen, maka menyiapkan materi pembelajaran
     harus didahulukan dari pada membantu cleaning servis. Maka pekerjaan yang
     tidak dapat diwakilkan harus dikerjakan sendiri dan diutamakan dari pada
     yang bisa diwakilkan. Dan yang sekiranya bisa diwakilkan mintalah orang
     lain untuk menggantikannya.
- Dahulukan
     wajib mudhayyaq dari yang muwassa’. Ada kewajiban yang sifatnya longgar, sehingga bisa diulur barang
     sejenak atau bahkan dilain waktu. Adapula kewajiban yang tidak dapat
     ditunda lagi. Maka inilah yang harus didahulukan. Misalnya saat
     laporan tahunan sebuah institusi harus segera diselesaikan dan tidak dapat
     ditunda karena lembaga tersebut memang sudah berjalan sampai ujung
     tahunnya. Maka inilah yang diprioritaskan dari kewajiban yang lainnya.
     Bukankah ketika waktu ashar telah hampir usai, sedang kita belum shalat
     ashar maka shalat ashar itulah kewajiban yang paling utama dibanding yang
     lainnya.
- Dahulukan
     yang paling utama dari yang utama. Setiap kita mengejar keutamaan, namun keutamaan itu bermacam-macam dan
     bertingkat. Sedang waktu , kesempatan dan kemampuan kita amat sangat
     terbatas. Memilih pekerjaan yang paling utama merupakan efisiensi waktu,
     dan kemampuan untuk mendapat kan keberuntungan yang lebih besar. Dari itu
     Rasulullah saw memprioritasakan dakwah tauhid dari pada yang lainnya;
     Seperti persaudaraan, memulyakan tamu, menyantuni anak yatim, fakir miskin
     dll. (namun bukan berarti Beliau mengabaikan sama sekali).
- Mulailah
     dari yang termudah. Dalam
     mengerjakan sesuatu hendaknya kita memulai dari perkara yang paling mudah,
     kemudian yang mudah, yang agak sulit baru kemudian yang sulit dan
     seterusnya. Ini merupakan fitroh manusia. Anak kecil, dia hanya belajar
     berjalan dan mengucapkan kata-kata yang sederhana saja, tak lebih dari
     itu. Lain halnya kalau kita memperhatikan apa yang dikerjakan oleh bapak
     dan ibu si bayi. Singkatnya, kalau di permulaan kita sudah dihadapkan pada
     permasalahan yang pelik, maka bukan keberhasilan yang akan kita tuai,
     namun rasa enggan dan pesimislah yang akan menghantui. Baginda Nabi saw.
     apabila disodorkan kepada beliau dua perkara, maka beliau pasti memilih
     yang termudah diantara keduanya asalkan bukan merupakan  Hal ini
     menunjukkan  betapa pentingnya uslub tadarruj dalam segala sesuatu,
     yaitu berangsur-angsur dan tidak tergesa-gesa dalam mengerjakannya.
- Selesaikan
     pekerjaan hari ini jangan ditunda lagi. Dengan menunda-nunda  akan semakin menumpuklah pekerjaan yang
     ada dihadapan kita dan akan semakin berat untuk mengerjakannya. Kalau
     sudah demikian, kita akan menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan curahan
     fikiran dan tenaga yang tidak optimal sehingga hasilnyapun tidak bisa
     maksimal. Menunda-nunda pekerjaan adalah jalan setan yang diperuntukkan
     bagi pelamar kegagalan. Sedangkan orang yang sukses adalah orang yang
     disibukkan dengan  perlombaan yang maha dasyat, yaitu perlombaan yang
     memerlukan kesungguhan, ketekunan serta kecepatan dan ketepatan dalam
     berpikir dan bertindak. Perlombaan yang menentukan  antara bahagia
     dan sengsara, mulia dan hina, surga dan neraka.  Bersegera bukan
     berarti tergesa-gesa, karena bersegera adalah kecepatan dalam merespon
     sesuatu dibarengi dengan perhitungan yang matang dan kesabaran yang
     sempurna untuk menunggu buah hasil yang diharapkan. Sedangkan tergesa-gesa
     adalah suatu tindakan tanpa perhitungan yang didasari oleh ketidakmampuan
     untuk bersabar dalam menunggu hasil. Orang yang tergesa-gesa untuk
     memperoleh sesuatu yang belum waktunya, maka ia tidak akan mendapatkannya
     sama sekali.
- Belajarlah
     dari kegagalan masa lalu.
     Seorang yang bijak tidak akan terperosok kedalam lubang yang sama.
     jadikanlah kegagalan di masa lalu sebagai batu loncatan untuk menuju ke
     masa depan yang lebih baik. Karena hampir semua manusia tidak lepas dari
     kegagalan ketika menempuh sesuatu di masa lalunya, namun jangan sampai
     kesalahan yang sama yang menjadi sebab terjadinya kegagalan di masa lalu
     terulang kembali.
- Jangan
     bernostalgia dengan kegagalan masa lalu. Larut dalam kesedihan atas hal-hal yang telah terjadi di masa lalu
     yang tidak mungkin untuk diputar ulang kembali, hanya akan menambah
     kepedihan dan kegundahan yang berkepanjangan, yang hanya akan mewariskan
     kemalasan. Dan  pada gilirannya akan menghantarkan kepada kedunguan
     dan bahkan kegilaan.
- Jangan
     memikul beban yang belum sampai waktunya. Kekhawatiran luarbiasa terhadap segala apa yang akan terjadi di masa
     depan akan menjadi penghambat perubahan kearah yang lebih baik di masa
     depan, serta akan mengubur potensi dan rasa percaya diri. Sadarlah, bahwa
     yang kita punyai hanyalah hari ini. Kemarin telah pergi jauh dan tak akan
     kembali lagi. Sedang hari esok, siapa yang menjamin kita masih akan
     hidup?? Hari esok masih terlalu ghoib, lantas apa pedulinya kita harus
     merasa bersalah, susah, gelisah, dan terbebani dengan sesuatu yang belum
     ada wujudnya?
- Adakan
     perubahan kearah yang lebih baik, dan jangan canggung. Diantara indikasi hidupnya hati dan adanya kebaikan di dalamnya,
     senantiasa terdetik dalam diri untuk bisa mewujudkan yang lebih baik
     dan  lebih baik lagi. Namun semuanya tidak sekedar  dipikir dan
     diangan-angan saja, melainkan harus segera melangkah. Yha, melangkah dari sesuatu
     yang baik menuju kepada yang   lebih  baik, dari yang utama
     menuju yang  lebih  utama serta dari  yang sempurna menuju
     yang  lebih. Rasulullah saw telah mengajari umatnya dua perkara
     yang bisa menghantarkan kepada kesuksesan yang teriringi oleh kemenangan; berupaya keras dalam mewujudkan hal-hal yang
     bermanfaat seiring memohon pertolongan kepada Allah swt, tidak tunduk
     mengalah kepada sikap lemah yang tidak lain ia adalah sikap malas yang
     membahayakan, dan  pasrah kepada
     Allah swt atas hal-hal yang memang sudah menjadi ketentuan dari-Nya.
- Belajarlah
     untuk lebih terfokus pada suatu pekerjaan. Menkonsentrasikan diri untuk menangani suatu pekerjaan akan
     lebih mengoptimalkan curahan pikiran dan  tenaga  sehingga
     hasilnyapun   bisa  lebih maksimal. Umur yang terbatas.
     Kemampuan yang terbatas. Kalau digunakan pada banyak hal apalagi pada
     waktu yang sama maka hanya akan setengah-setengah. Ingatlah, bahwa Allah
     cinta pada pekerjaan yang ditekuni, dan sekali-kali Dia tidak menjadikan
     dalam diri seseorang dua hati sekaligus. Zaman ini yang dicari adalah
     zaman spesialisasi, maka yang dicari adalah yang benar-benar mumpuni dalam
     bidangnya. Dokter setengah-setengah tidak akan mendapatkan pasien.
Komentar
Posting Komentar