Sejarah Dakwah Rasullah SAW Pada Periode Mekkah dan Madinah
Sejarah Dakwah Rasullah
SAW Pada Periode Mekkah dan Madinah
Pendahuluan
Kita
sudah mengenal lama nabi terakhir kita adalah Nabi Muhammad SAW nabi terakhir
dari semua para nabi, tidak ada nabi selain nabi Muhammad SAW. Seluruh umat
islam sangat mempercayai bahwa nabi itu ada 25 dan nabi terakhirnya Nabi
Muhammad SAW, dan menyayangi kepada Nabinya. Tetapi diantara kita masih banyak
yang belum melakukan pendakwahan seperti nabi kita sendiri dikarenakan kita ini
umatnya nabi sendiri dan umat biasa.
Pada
kali ini kita akan menjelaskan bagaimana nabi kita Nabi Muhammad mendakwah
selama masa hidupnya, mungkin aja dari beliau lahir sampai beliau wafat. Mari
semuanya membaca artikel ini dengan seksama.
Dakwah Rasulullah SAW
pada periode Mekkah
1.Masyarakat Arab
Jahiliyah Periode Mekah
Objek dakwah Rasulullah SAW pada
awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau masyarakat yang masih
berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu
sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para
rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau
agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan
di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT). Di antara berhala-berhala yang
termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu
ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang
yang dilakukan kaum Sabi’in.
2. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
Pengangkatan Muhammad sebagai
nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada tanggal 17 Ramadan, 13 tahun sebelum
hijrah (610 M) tatkala beliau sedang bertahannus di Gua Hira, waktu itu beliau
genap berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur, beberapa kilo meter sebelah
utara kota Mekah.
Muhamad diangkat Allah SWT,
sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya Malaikat Jibril untuk
menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5.
Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul
Al-Qur’an.
Menurut sebagian ulama, setelah
turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula Surah Al-Mudassir: 1-7,
yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran
Islam kepada umat manusia.
Setelah itu, tatkala Nabi
Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun (610-622 M),
secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an
sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode
Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.
3. Ajaran Islam Periode Mekah
Ajaran Islam periode Mekah, yang
harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut:
a. Keesaan Allah SWT
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d. Persaudaraan dan Persatuan
STRATEGI DAKWAH
RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada
periode Mekah adalah agar masyarakat Arab meninggalkan kejahiliyahannya di
bidang agama, moral dan hokum, sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran
kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai
tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut:
1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun
Pada masa dakwah secara
sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang
yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat
dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW
tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun
ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang
tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu
Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh
Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga
berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang kawan dekatnya
menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
۞ Abdul Amar dari Bani
Zuhrah
۞ Abu Ubaidah bin Jarrah
dari Bani Haris
۞ Utsman bin Affan
۞ Zubair bin Awam
۞ Sa’ad bin Abu Waqqas
۞ Thalhah bin
Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam,
pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah disebutkan d atas
disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
2. Dakwah secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini
dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang
berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan.
Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini
antara lain sebaga berikut:
Mengundang kaum kerabat keturunan
dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam.
Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan
Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali
bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
Rasulullah SAW mengumpulkan para
penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar
Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.
Pada periode dakwah secara
terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum
kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin
Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian,
sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M).
Rasulullah SAW menyampaikan
seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah. Sejarah mencatat
bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain:
۞ Abu Zar Al-Giffari,
seorang tokoh dari kaum Giffar.
۞ Tufail bin Amr
Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
۞ Dakwah Rasulullah SAW
terhadap penduduk Yastrib (Madinah). Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk
Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M,
sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi.
Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib
dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari
kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut
merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan
membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan
para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
3. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW
Prof. Dr. A. Shalaby dalam
bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan sebab-sebab kaum Quraisy
menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni:
Kaum kafir Quraisy, terutama para
bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran persamaan hak dan kedudukan antara
semua orang. Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam
masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran
Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.
Kaum kafir Quraisy menolak dengan
keras ajaran Islam yang adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur
dan alam akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab
neraka.
Kaum kafir Quraisy menilak ajaran
Islam karena mereka merasa berat meninggalkan agama dan tradisi hidupa
bermasyarakat warisan leluhur mereka.Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras
dan berusaha menghentikan dakwah Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah
berhala.
Usaha-usaha kaum kafir Quraisy
untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW bermacam-macam antara
lain:
۞ Para budak yang telah
masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-Nahdiyah, dan
anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir
Quraisy) di luar batas perikemanusiaan.
۞ Kaum kafir Quraisy
mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di antara mereka dihentikan.
Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan melaksanakan
ajarannya. Di saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan
melakukan penyembahan terhadap berhala.
Dalam menghadapi tantangan dari
kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi Muhammad SAW menyuruh 16 orang
sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita untuk
berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan
jaminan keamanan. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun
615 M.
Suatu saat keenam belas orang
tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di Mekah sudah normal dengan
masuk Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun,
dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.
Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh
sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya. Saat itu, dipimpin oleh
Ja’far bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian
(619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan pelindungnya wafat. Empat hari
setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah wafat. Dalam sejarah Islam tahun
wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘amul huzni (tahun duka cita).
2. Dakwah Rasulullah
SAW pada periode Medinah
Pada abad ke-5 sejarah dakwah
Rasulullah SAW. Di Mekah, bangsa Quraisy dengan segala upaya berusaha
melumpuhkan gerakan Muhammad SAW. Hal ini dibuktikan dengan pemboikotan
terhadap Bani Hasyiim dan Bani Muthalib (keluarga besar Muhammad SAW.).
beberapa pemboikotan tersebut antara lain :
a. Memutuskan hubungan perkawinan.
b. Memutuskan hubungan jual beli.
c. Memutuskan hubungan ziarah-menziarahi.
d. Tidak ada tolong menolong.
Pemboikotan itu tertulis di atas
selembar sahitah atau plakat yang digantungkan di Kakbah dan tidak akan dicabut
sebelum Muhammad SAW. Menghentikan gerakannya. Selama tiga tahun lamanya Bani
Hasyim dan Bani Muthalib menderita kemiskinan akibat pemboikotan itu. Banyak
pengikut Rasulullah yang menyingkir ke luar kota Mekah untuk mempertahankan
hidup untuk menyelamatkan diriUjian bagi Rasulullah SAW. Juga bertambah berat
dengan wafatnyadua orang yang sangat dicintainya, yaitu pamannya, Abu Thalib
dalam usia 87 tahun dan istrinya, yaitu Khadijah. Peristiwa tersebut yang
terjadi pada tahun ke-10 dari masa kenabian (620 M) dalam sejarah disebut Amul
Huzni (tahun kesedihan atau tahun duka cita).
Dengan meninggalnya dua tokoh
tersebut orang Quraisy makin berani dan leluasa mengganggu dan menghalangi
Rasulullah SAW. Mereka berani melempar kotoran ke punggung Nabi, bahkan Beliau
hampir meninggal karena ada orang yang hendak mencekiknya. Nabi Muhammad SAW.
Merasakan bahwa dakwah di Mekah tidak lagi sesuai sebagai pusat dakwah Islam.
Oleh karena itu, Beliau bersama Zaid bin Haritsah pergi hijrah ke Thaif untuk
berdakwah. Ajaran Rasulullah itu ditolak dengan kasar. Bahkan mereka pun
mengusir, menyoraki dan mengejar Rasulullah sambil di lempari dengan batu. Saat
itu Rasulullah SAW. Sempat berlindung di bawah kebun anggur di kebun Utba dan
Syaiba (anak Rabia). Meski demikian terluka, Rasulullah SAW. tetap sabar dan
berlapang dada serta ikhlas. Kesulitan dan hambatan yang terus-menerus menimpa
Muhammad SAW. Dan pengikutnya dihadapi dengan sabar dan tawakal.
Saat mengahadapi ujian yang berat
dan tingkat perjuangan sudah berada pada puncaknya, Rasulullah SAW. di
perintahkan oleh Allah SWT untuk menjalani Isra dan Mi’raj dari Mekah menuju ke
Baitul Maqdis di Palestina, dan selanjutnya naik ke langit hingga ke Sidratul
Muntaha (QS Al-Isra/17:1). Kejadian Isra dan Mi’raj terjadi pada malam 17 rajab
tahun ke-11 dari kenabiannya (sekitar 621 M) di tempuh dalam waktu satu malam.
Hikmah Allah Swt. Dari peristiwa isra dan mi’raj antar lain
sebagai berikut.
1. Karunia dan keistimewaan tersendiri bagi Nabi Muhammad
SAW. Yang tidak pernah diberikan Allah SWT. Kepada manusia dan nabi-nabi
sebelumnya.
2. Memberikan penambahan kekuatan iman keyakinan Beliau
sebagai rasul untuk terus menyerukan agama Allah SWT kepada seluruh umat
manusia.
3. Menjadi ujian bagi kaum muslimin sendiri sejauh mana
mereka beriman dan percaya kepada kejadian yang menakjubkan itu yang hanya
ditempuh dalam waktu semalam. Peristiwa ini dijadikan olok-olok oleh kaum
Quraisy dan menuduh Nabi Muhammad SAW. Sudah gila. Meski demikian, ada orang
yang beriman atau percaya terhadap kejadian ini, yaitu Abu Bakar sehingga nama
Beliau ditambahkan dengan gelar As Sidik.
B. Hijrah Nabi Muhammad SAW. Ke Yastrib (Madinah)
Faktor yang menorong hijrahnya Nabi SAW
1. Ada tanda-tanda baik pada perkembangan Islam di Yatsrib,
karena:
pada tahun 621 M telah datang 13
orang penduduk Yatsrib menemui Nabi Muhammad SAW di bukit Akabah. pada tahun
berikutnya, 622 M datang lagi sebanyak 73 orang Yatsrib ke Mekkah yang terdiri
dari suku Aus dan Khazraj. Saat itu mereka tampaknya datang untuk melakukan
haji, tetapi sesungguhnya kedatangan mereka adalah untuk menjumpai rasulullah
SAW dan mengundang mereka agar pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan membela
dan mempertahankan serta melindungi Rasulullah besert para pengikut dan
keluarganya seperti melindungi keluarga mereka sendiri. Perjanjian ini disebut
Perjanjian Aqabah II. Akhirnya, Rasululah SAW menyuruhlah sahabat-sahabat Nabi
pindah bersama.
2. Rencana pembunuhan Nabi saw oleh kaum Quraisy yang hasil
kesepakatannya diputuskan oleh pemuka-pemuka Quraisy di Darun Nadwah. Mereka
menyatakan bahwa :
Mereka sangat khawatir jika
Muhammad dan pengikutnya telah berkuasa di Yatsrib. Pasti Muhammad akan
menyerang kafilah-kafilah dagang Quraisy yang pulang pergi ke Syam. Hal itu
akan mengakibatkan kerugian bagi perniagaan mereka.
Membunuh Nabi saw sebelum beliau
ikut pindah ke Yatsrib. Dengan cara setiap suku Quraisy mengirimkan seorang
pemuda tangguh sehingga apabila Rasulullah SAW terbunuh, keluarganya tidak akan
mampu membela diri di hadapan seluruh suku Quraisy, kemudian mengepung rumah
Nabi SAW dan akan membunuhnya di saat fajar, yakni ketika Rasulullah SAW akan
melaksanakan sholat Subuh.
Rencana-rencana tersebut diketaui
oleh Nabi saw dan para pemuda Qurasy terkacoh. Karena yang tidur adalah Ali bin
Abi Thalib bukan Rsulullah SAW. Rasulullah SAW sudah berangkat lebih awal dan
sudah mengetahu kejahatan itu sebelum para pemuda Quraisy datang. Mereka
mengejar dan menjelajahi seluruh kota untuk mencari Nabi saw tetapi hasilnya
nihil. Kemudian Nabi bersama pengikutnya melanjutkan perjalanannya menelusuri
pantai laut mera
C. Akhir Periode Dakwah Rasulullah Di Kota Mekah
Dengan berpindahnya Nabi saw dari
Mekkah maka berakhirlah periode pertama perjalanan dakwah beliau di kota
Mekkah. Lebih kurang 13 tahun lamanya, Beliau Beliau berjuang antara hidup dan
mati menyerukan agama Islam di tengah masyarakat Mekkah dengan jihad kesabaran,
harta benda, jiwa dan raga.
Sebelum memasuki Yatsrib, Nabi
saw singgah di Quba selama 4 hari beristirahat, Nabi mendirikan sebuah masjid
quba dan masjid pertama dalam sejarah Islam. Tepat pada hari Jumat 12 Rabiul
awal tahun 1 Hijrah bertepatan pada 24 September 6 M. Merekamendapat sambutan
penuh haru, hormat, dan kerinduan diiringi puji-pujian dari seluruh masyarakat
Madinah. Nabi saw mengadakan shalat Jumat yang pertama kali dalam sejarah Islam
dan Beliaupun berkhotbah di hadapan muslimin Muhajirin dan Anshar.
Sejak Saat itu, Kota Yastrib
berubah namanya menjadi Madinah Nabi (Madinah Rasul) selanjutnya kota itu
disebut Madinah. Orang-orang yang pindah atau hijrah mendapat sebutan kaum
Muhajirin artinya pendatang. Adapun penduduk asli disebut Anshar artinya
pembela. Adapun penduduk kota Madinah itu sendiri terdiri dari dua golongan
yang berbeda, yaitu :
Golongan Arab yang berasal dari selatan yang terdiri dari
suku Aus dan Khazraj
Golongan yahudi, yaitu orang-orang Israel yang berasal dari
utara (Palestina). Kebiasaan orang-orang Yahudi ini selalu membangga-banggakan
diri pada penduduk asli dan sering mengadu domba antara suku Aus dan Khazraj
sekadar mengambil keuntungan dari hasil penjualan senjatanya.
Peristiwa hijrah ini amat penting artinya bagi Islam dan
kaum muslim karena hijrahnya Nabi SAW dari Mekah ke Madinah dijadikan sebagai
awal permulaan tahun Hijriyah. Dengan hijrahnya kaum muslim, terbukalah
kesempatan bagi Nabi SAW untuk mengatur strategi membentuk masyarakat muslim
yang bebas dari ancaman dan tekanan. Beberapa strategi dalam hal tersebut
adalah mengadakan perjanjian saling membantu antara kaum muslim dengan kaum nonmuslim
dan membangun kerja sama, baik dibidang poitik, ekonomi, sosial, serta
dasar-dasar daulah Islamiyah. Dakwah Rasulullah periode Madinah dapat
mewujudkan masyarakat muslim di Madinah yang adil dan makmur sehingga menjadi
prototipe masyarakat ideal atau yang sering disebut masyarakat madani. Beliau
juga turut berjuang dalam memelihara dan mempertahankan masyarakat yang
dibinyanya itu dari segala macam tantangan, baik yang berasal dari dalam maupun
dari luar.
D. Substansi dan strategi dakwah Raslullah SAW. Periode
Madinah
Adapun substansi dan strategi dakah Rasulullah saw antara
lain:
1. Membina masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan
antara kaum Muhajjirin dengan kaum Anshar. Kaum Muhajirin yang jauh dari sanak
keluarga dan kampung halaman mereka dipersaudarakan dengan kaum Anshar secara
ikhlas dan hanya mengharap keridaan Allah SWT. Sebagai contoh, Abu Bakar
dipersaudarakan dengan Harisah bin Zaid, Jafar bin Abi Thalib dipersaudarakan
dengan Mu’az bin Jabal, dan Umar bin Khattab dipersaudarakan dengan Itbah bin
Malik. Begitu seterusnya sehingga setiap orang dari Kaum Anshar dipersaudarakan
dengan kaum Muhajirin.
2. Memellihara dan mempertahankan masyarakat Islam Dalam
upaya menciptakan suasana tentram dan aman agar masyarakat muslim yang dibina
itu dapat terpelihara dan bertahan, Rasulullah SAW membuat perjanjian
persahabatan perdamaian dengan kaum Yahudi yang berdiam di kota Madinah dan
sekitarnya. Tindakan ini belum pernah dilakukan oleh nabi dan rasul sebelumnya.
Isi perjanjiannya sebagai berikut :
a. Kebebasan beragama bagi semua golongan dan masing-masing
golongan mempunyai wewenang penuh terhadap anggits golongannya.
b. Semua lapisan, baik muslim maupun Yahudi harus tolong
menolong dan saling mebantu untuk melawan siapa saja yang memerangi mereka.
Semua wajib mempertahankan kota bila ada serangan dari luar
c. Kota Madinah adalah ota suci yang wajib dihormati oleh
mereka yang terikat dengan perjanjian itu. Apabila terjadi perselisihan antara
muslim dan Yahudi, maka urusan itu diserahkan kepada Allah SWT dan rasul(Al
Qur’an dan sunah).
d. Mengakui dan mentaati kesatuan pimpinan untuk kota
Madinah yang disetujui dipegang oleh Nabi Muhammad SAW.
3. Meletakkan dasar-daar politik ekonomi dan sosial untuk
masyarakat Islam. Melalui wahyu yang turun di kota Madinah dimana sebagian
besar berkaitan dengan pembinaan hukum Islam, Nabi Muhammad SAW dapat
menetapkan dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat muslim dalam berbagai aspek
kehidupan, baik di lapangan politik,ekonomi, sosial, dan lain-lain.
Dengan diletakannya dasar-dasar
yang berkala ini masyarakat dan pemerintahan Islam dapat mewujudkan nagari “
Baldatun Thiyibatun Warabbun Ghafur “ dan Madinah disebut “ Madinatul
Munawwarah ”.
E. Hikmah Sejarah Dakwah Rasulullah SAW. Periode Madinah
Hikmah sejarah dakwah Rasulullah SAW antara lain :
1. Dengan persaudaraan yang telah dilakukan oleh kaum
Muhajirin dan kaum Anshardapat memberikan rasa aman dan tentram.
2. Persatuan dan saling menghormati antar agama
3. Menumbuh-kembangkan tolong menolong antara yang kuat dan
lemah, yang kaya dan miskin
4. Memahami bahwa umat Islam harus berpegang menurut aturan
Allah swt
5. memahami dan menyadaribahwa kita wajib agar menjalin
hubungan dengan Allah swt dan antara manusia dengan manusia
6. Kita mendapatkan warisan yang sangat menentukan
keselamatan kita baik di dunia maupun di akhirat.
7. Menjadikan inspirasi dan motivasi dalam menyiarkan agama
Islam
8. Terciptanya hubungan yang kondusif
F. Sikap dan Perilaku
Sikap dan perilaku yang mencerminkan dakwah Rasulullah SAW
antara lain :
1. mengimani dengan sebenar-benarnya bahwa Muhammad saw
adalah rasul dan nabi penutup para nabi
2. Mencintai Rasullulah saw
3. mensosialisasikan sunnah Nabi saw
4. Gemar dan senang membaca buku sejarah nabi-nabi
5. Memelihara silaturahmi dengan sesama manusia
6. Berkunjung ke tanah suci Mekkah atau Madinah untuk
melihat/ menapak tilas perjuangan Nabi Muhammad saw
7. Mempelajari dan memahami Al Quran dan hadis-hadisnya
8. Senantiasa berjihad dijalan Allah
9. Aktif/ikut serta dalam acara kepanitiaan untuk
memperingati hari-hari besar Islam
10. Merawat dan melestarikan tempat ibadah (masjid)
11. Menekuni dan mempelajari warisan Nabi saw -
Komentar
Posting Komentar