Puisi Murid dan Guru

Seorang murid bertanya kepada gurunya
“di mana dan siapakah guruku?”
Guru yang sedang bersamanya itu tertegun. Ia menahan air mata. Apakah itu pertanyaan dari lubuk hatinya?
Ditatapnya mata muridnya yang kosong, sunyi dan kehilngan itu, lalu ia menjawab:
“lihatlah ke langit biru, panggil namanya, lalu pejamkan matamu. Guru akan datang. Rasakan kehadirannya yang senantiasa mendidikmu hingga kamu menjadi pribadi yang cerdas.”
Murid itu menatap ke udara. Tapi hanya mendapatkan kumpulan awan kotor. Ketika ia mencoba untuk memanggil, langit dirobek kilat, lalu geledek menggelegar.
Murid itu memekik. Gurunya pun sigap memluk dan membarut kepalanya, meyeretnya jauh ke dalam mimpi yang penuh dengan keajaiban.
Esoknya udara pagi yang ceria, langit lebih biru dari hari kemarin
Sang guru berkata pada muridnya:
“Nak... lihat langit begitu bebas, tak sepotong awan akan menyangkut suaramu. Panggilah kembali gurumu. Sekarang pasti dia akan datang.
Murid itu pun terbangun, lalu melemparkan matanya ke angkasa dan berkata:
“lebih biru dari biru,” bisiknya kagum. “tapi aku tak perlu guru yang baru datang kalau langit biru dan namanya harus diseru dahulu. Aku rindu guru yang selalu ada di sisiku, membimbing semua yang belum ku tahu.”
Lalu sang murid menatap wajah gurunya yang telah membimbingnya tanpa tanda jasa sedikitpun, kemudian meloncat memeluk seraya berbisik:
“Guruuu...”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengaruh Reog Terhadap Masyarakat Ponorogo

Review Film Battle in Seattle

Keterampilan Berkomunikasi dan Bernegoisasi