Konsep Komunikasi Dalam Al-Qur'an
KONSEP KOMUNIKASI DALAM AL-QUR’AN
Pendahuluan.
Dalam kehidupan sebagai manusia kita tidak
bisa lepas dari yang namanya komunikasi antara satu dan lainnya. Kita adalah
makhluk sosial dengan kata lain tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain maka
pasti ada interaksi diantara individu untuk mengutarakan maksud tertentu dan mencapai
tujuan tertentu pula. Dan sebagai umat islam, selayaknya kita berkomunikasi
dengan sesama berlandaskan apa-apa yang telah terkandung di dalam Al-Qur’an.
Karena Al-Qur’an adalah kitab rujukan bagi umat islam yang harus kita patuhi
dan laksanakan apa saja yang terkandung di dalamnya.
Al-Qur’an banyak mengandung hukum-hukum yang
berkaitan dengan kegiatan manusia sehari-hari, yang mana Allah telah
menurunkannya tanpa keranguan dan kerancuan di dalam kandungannya. Dan apabila
kita perhatikan, Al-Qur’an merupakan bentuk percakapan antara sang pencipta dan
makhluk yang diciptakan-Nya. Yang terealisasikan melalui proses yang panjang
dari turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW hingga kini kita dapat membacanya
dengan bentuk yang telah dibukukan.
Komunikasi sangat berpengaruh dalam
kelangsungan hidup manusia, baik manusia sebagai hamba, anggota masyarakat,
anggota keluarga ataupun manusia sebagai satu kesatuan di dalam suatu negara.
Seluruh kehidupan manusia tidak bisa lepas dari komunikasidan komunikasi sangat
berperan dalam menentukan kualitas hubungan antar sesama. Komunikasi Islam
adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman dengan menggunakan
prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Dengan pengertian demikian, maka
komunikasi Islam menekankan pada unsur pesan (message), yakni risalah
atau nilai-nilai Islam,dan cara (how), dalam hal ini tentang gaya bicara
dan penggunaan bahasa (retorika).
Pembahasan
Pandangan Al-Qur’an Dalam Konsep Komunikasi.
Agama Islam sangatlah memperhatikan umatnya
hingga dari segi komunikasipun Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai yang
baik dalam konsep ini. Banyak yang terkandung dalam Al-Qur’an tentang
hukum-hukum kegiatan manusia sehari-hari dan komunikasipun termasuk dalam
pembahasan kali ini. Berikut penjabaran salah satu tentang komunikasi dalam
prespektif Islam:
Prinsip Qaulan Layyina (قَوْلًا لَيِّنًا)
Di dalam al-Qur'an hanya ditemukan sekali
saja, Q.s. Thaha/ 20: 44 yaitu berbicara dengan lemah lembut.
فَقُولَا
لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى (44)
“Pergilah kamu bedua kepada Fir'aun,
sesungguhnya dia benar-benar telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu
berdua kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan
dia sadar atau takut." (Q.s. Thaha/20: 44)
Ayat ini memaparkan kisah nabi Musa dan Harun
ketika diperintahkan untuk menghadapi Fir'aun, yaitu agar keduanya berkata
kepada Fir'aun dengan perkataan yang layyin. Asal makna layyina adalah lembut
atau gemulai, yang pada mulanya digunakan untuk menunjuk gerakan tubuh.
Kemudian kata ini dipinjam (isti'arah) untuk menunjukkan perkataan yang lembut.
Sementara yang dimaksud dengan qaul layyina adalah perkataan yang mengandung
anjuran, ajakan, pemberian contoh, di mana si pembicara berusaha meyakinkan
pihak lain bahwa apa yang disampaikan adalah benar dan rasional, dengan tidak
bermaksud merendahkan pendapat atau pandangan orang yang diajak bicara
tersebut. Dengan demikian, qaul layyina adalah salah satu metode dakwah, karena
tujuan utama dakwah adalah mengajak orang lain kepada kebenaran, bukan untuk
memaksa dan unjuk kekuatan.
Ada hal yang menarik untuk dikritisi,
misalnya, kenapa Musa harus berkata lembut padahal Fir'aun adalah tokoh yang
sangat jahat. Menurut al-Razi, ada dua alasan: pertama, sebab Musa pernah
dididik dan ditanggung kehidupannya semasa bayi sampai dewasa. Hal ini,
merupakan pendidikan bagi setiap orang, yakni bagaimana seharusnya bersikap
kepada orang yang telah berjasa besar dalam hidupnya; kedua, biasanya seorang
penguasa yang zalim itu cenderung bersikap lebih kasar dan kejam jika
diperlakukan secara kasar dan dirasa tidak menghormatinya.
Cara Rasulullah Berkomunikasi
Berdasarkan penelitian, kita mengucapkan
rata-rata 4000 ribu kata setiap hari. Pertanyaannya, apakah dari 4000 ribu kata
yang kita ucapkan setiap hari lebih banyak manfaatnya atau justru lebih banyak
mudharatnya? Apakah teori komunikasi moderen sudah bisa menjawab permasalahan
ini? Bagaimana perbandingan teori komunikasi Barat dengan teori komunikasi
menurut Al-Quran dan sunah? Menurut Al-Quran, di dunia ini lebih banyak
percakapan yang isinya dusta dan sia-sia.
Bagaimana Al-Quran dan sunah menjelaskan
tentang hal ini? Di dalam Al-Quran dan sunah terdapat cara berkomunikasi agar
selamat di dunia dan di akhirat. Sedangkan untuk mengetahui praktiknya, kita
dapat meniru cara berkomunikasi Rasulullah. Mengapa Rasulullah SAW mampu
menjadi seorang komunikator yang baik? Ada tiga rahasia kesuksesan komunikasi
beliau.
Pertama, adanya kefasihan dan bicara
(fashahah) yang bersumber dari kecerdasan beliau sebagai utusan Allah
(fathanah). Setiap Rasul, dalam menyampaikan ajarannya, harus menghadapi
perdebatan dengan orang-orang yang menentangnya, harus menjawab pertanyaan para
pengikutnya yang beraneka ragam, atau menghadapi pemikiran dan pelecehan para
penyebar keragu-raguan.
Karena itu, kecerdasan, kekuatan argumen,
serta kefasihan berbicara setiap Rasul harus melebihi siapa pun dari kaum yang
didatanginya. Kalau tidak memiliki kualiti seperti ini, semua yang
disampaikannya walaupun benar akan mudah dipatahkan dan diingkari. Rasulullah
SAW diutus pada suatu kaum yang sangat mengagungkan kehebatan merangkai kata.
Rasulullah SAW pun diutus tidak pada satu golongan manusia.
Beliau diutus pada suatu kaum yang memiliki
latar belakang ilmu, status sosial, dan spesialisasi yang berbeda-beda. Di
antara mereka ada tokoh agama, ahli politik, ahli ekonomi, ahli hikmah, pedagang,
peternak, orang kaya, fakir miskin, budak belian, dan lainnya. Semuanya harus
diberi argumen agar bisa menerimaIslam. Jika Rasulullah SAW bukan manusia paling cerdas, paling
luas wawasannya, dan paling jelas juga paling fasih bicaranya, tidak mungkin
beliau bisa melakukan semua itu.
Kedua, karena bayan atau ajaran yang Beliau sampaikan mengandung
kebenaran mutlak. Secerdas apa pun orang dan sefasih apa pun ia berbicara,
tidak akan bernilai dan tahan lama bila yang diungkapkannya tidak mengandung
kebenaran. Salah satu kesuksesan dakwah Rasulullah SAW adalah kesempurnaan
ajaran yang dibawanya. Ajaran yang tidak benar (tidak sempurna), argumennya
tidak akan jelas, lemah, dan selalu mentah. Ajaran yang dibawa Rasul sangat
sempurna dan "multimanfaat". Ia bisa diterima semua kalangan, masuk
akal, menenangkan, dan tidak dibuat-buat. Banyak cerdik pandai yang
mencari-cari kelemahan ajaran Rasulullah SAW, dan sebanyak itu pula mereka
gagal menemukannya.
Ketiga, semua kata-kata Rasulullah SAW keluar dari hati yang
bersih (qalbun saliim) hati yang penuh kasih sayang, hati yang damai, dan
bersih dari kotoran dosa. Tak heran bila kata-kata beliau memiliki
"ruh" yang bisa melembutkan hati sekeras batu. Kepintaran, kefasihan
bicara, dan kebenaran ajaran, hanya akan menyentuh aspek akal. Hati hanya bisa
disentuh dengan kata-kata yang keluar dari hati yang bersih pula.
Penutup
Pada dasarnya Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan
umatnya dari berbagai aspek bahkan dari aspek komunikasi. Islam mengajarkan
bagaimana cara berkomunikasi dengan sangat baik dan benar sehingga kita dapat
memahami maksud dari sang komunikator. Dengan perhatian Agama Islam di bidang
komunikasi tak lain semata-mata agar umat nya tidak saling cekcok dan
bertengkar yang disebabkan dari lepasnya komuniksasi dari salah satu pihak.
Sebagaimana Rasulullah mampu berkomunikasi dengan baik yang
dengan kemampuan tersebut beliau gunakan untuk menyebarkan agama yang mulia
ini. Kita dapat mengambil pelajaran yang nyata dari Rasulullah di bidang
komunikasi dengan tersebar luasnya Islam di penjuru dunia. Tanpa adanya peranan
kominikasi yang baik mustahil agama Islam dapat berkembang dan menyebar seperti
yang sekarang kita rasakan.
Alangkah baiknya kita juga dapat menerapkan prinsip-prinsip
komuniksasi islam dalam kehidupan sehari-hari kita. Salah satunya dengan
prinsip Qoulan Layinan yakni bertutur kata dengan lemah lembut dan tepat
dengan tujuan. Yang tak lain adalah perkataan yang mengandung anjuran, ajakan, pemberian
contoh, di mana si pembicara berusaha meyakinkan pihak lain bahwa apa yang
disampaikan adalah benar dan rasional, dengan tidak bermaksud merendahkan
pendapat atau pandangan orang yang diajak bicara tersebut.
Dengan perkataan yang lemah lembut kita dapat
menjalin komunikasi dengan baik ke berbagai pihak meski berbeda akidah
sekalipun. Prinsip komunikasi ini adalah salah satu dari sekian banyak prinsip
komunikasi islam yang diajarkan Al-Qur’an kepada umat islam. Dengan kata lain
kita sebagai umatnya harus dapat memahaminya juga menerapkannya dalam kehidupan
kita sehari-hari. Dengan tujuan agar kita dapat berkomunikasi dengan baik di
berbagai kalangan, tempat dan waktu.
Komentar
Posting Komentar